Pages

Rabu, 27 Juli 2011

Peringatan Haul Al-Magfurullah TGH. Ibrahim Al-Khalidy ke-XVIII


Ponpes Al-Islahudiny Kediri Lombok Barat /27 Juli 2011.
Haul Al-Magfurullah TGH. Ibrahim Al-Khalidy ke XVIII..di Pondok Al-Islahudiny Kediri yang digelar mulai pukul 12:00 Wita yang dirangkaikan dengan Sholat Zuhur  berjamaah dihadiri ribuan masyarakat yg terdiri dari alumni, simpatisan, santri & santriwati yang  membeludak menghadiri dengan khidmat, datang dengan berbagai alat transportasi dari cidomo, sepeda motor sampai truk.

Para Alumni yang menghadiri Haul ini datang dari berbagai tempat, hampir dari seluruh Kabupaten/Kota di pulau Lombok yang diisi dengan pembacaan Ratib dengan khidmat oleh jamaah yag hadir, suasana Haul yang disi dengan Tausiyah/Ceramah Pembangunan oleh Menakertrans Bapak Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si. sangat meriah, belum lagi suasana terlihat meriah oleh tebaran Bendera PKB yang berkibar hampir disepanjang jalan menuju lokasi Haul, "Agak terkejut melihat Haul yang di meriahkan bendera Partai, memang masyarakat harus mulai berpolitik, termasuk mungkin Ponpes Al-Islahudiny, tapi kalau sudah "vulgar" seperti ini target untuk mengambil posisi "kekuasaan" di Lombok Barat lewat partai ini harus dapat di raih guna kemajuan Pondok..tapi setahu saya, belum ada kader/pejabat di Pondok ini yang meraih posisi signifikan di ranah kebijakan" ungkap seorang alumni yg ikut dalam acara ini. (gushade)
.

Dialog Terbuka " Sinergitas Agama dan Budaya dalam Menjawab Persoalan Perempuan di NTB". sebuah usulan untuk direkomendasikan

Hotel Lombok Garden/27 Juli 2011 Aula Flamboyan.
Pusat  Studi Wanita/PSW IAIN Mataram menggelar kegiatan ini dengan mengundang semua stakeholder terkait, perbedaan pandangan sangat terlihat sejak pemaparan makalah oleh Aktifis Perempuan, Birokrat Perempuan, Budayawan dan Tokoh Agama dari Jakarta yg berasal dari Lombok Timur.
Sebuah catatan yang di usulkan sebagai salah satu rekomendasi dialog ini.:
  • Kebijakan Perempuan yang diperjuangkan dalam Kesetaraan Gender hendaklah tidak mencederai Perempuan lain.
  • Kesetaraan yang diperjuangkan tidak mengganggu tujuan-tujuan pembentukan keluarga sakinah, mawaddah warrahmah.
  • Pengarusutamaan Perempuan yang tidak menghilangkan tujuan kehidupan : Misi Ilahiyah, sebagai khalifah fil ardy, bukan sebagai Tools Industry Capitalis.
  • Pemberdayaan Perempuan yang siap bersaing dalam kualitas SDM dan bersanding dan bersanding pada Kinerja, bukan tuntutan-tuntutan meminta perioritas.
Catatan peserta dialog pada usulan rekomendasi. (gushade & primawp)

Sabtu, 23 Juli 2011

Aksi SUKU BERCO/Komunitas Cek Bocek Slesek Reensury ditahan aparat saat “Mesejati”/Menyampaikan Hasil Pemetaan dan RTRWA kepada Wapres Budiono pada Pembukaan Conference Forest Land Tenure

AMAN NTB, Senggigi Lombok Barat/ Pada tanggal 11 Juli 2011 bertepatan dengan pembukaan Konfrensi Forest Land Tenure di Hotel Sentosa yang dibuka oleh Wapres RI Boediono, puluhan warga komunitas Suku Berco, Komunitas Pekasa didampingi oleh perwakilan dari beberapa komunitas dan pengurus Wilayah serta Pengurus Daerah Aman di NTB mendatangai lokasi konferensi di wilayah Senggigi dengan memakai pakaian adat lengkap sesuai asal komunitas masing-masing. Kedatangan sekitar 100 orang masyarakat adat ini rupanya sudah tercium oleh aparat keamanan yang yang sudah siaga 1 di radius beberapa kilometer dari lokasi.

Maka tanpa diperhitungkan oleh koordinator aksi ini, pihak keamanan dengan mudah mensweeping semua kendaraan yang penumpangnya berpakaian adat dan menggiringnya ke sekitar  radius 1 km dari lokasi konferensi, awalnya beberapa kendaraan sudah bias lolos dari penjagaan aparat dengan berbagai macam alas an, baik dengan menyebutkan dirinya rombongan yang akan melakukan gladi bersih untuk persiapan festival Sengggigi (beberapa hari lagi akan digelar festival senggigi yang merupakan event pariwisata tahunan di NTB.).

Masyarakat adat yang akan melakukan aksi budaya “mesejati”/penyampaian aspirasi kepada forum tersebut dating dari arah selatan dan utara Senggigi, namun semuanya tertahan di lokasi penjagaan tentara dan polisi, 2 truk perwakilan yang terdiri dari perwakilan mangku dan perempuan adat dari anggota komunitas AMAN KLU/Paer Daya sejak pukul 09:00 Wita sampai dengan pukul 15:30 Wita ditahan di Malimboo (sekitar perbatasan Lombok Utara & Lombok Barat) dan tidak bisa melanjutkan perjalanan guna mendukung aksi yg direncanakan. Sementara  sekitar 6 mobil dan puluhan iring iringan sepeda motor yang dating dari selatan (wilayah Mataram) dapat menembus 2 ring penjagaan tapi akhirnya tertahan tepat di depan CafĂ© Alberto sekitar  1 km dari lokasi konferensi.

Ditempat inilah puluhan masyarakat adat yang didampingi oleh Kepala Suku Berco, Kepala Suku Pekasa dan beberapa pengurus wilayah dan daerah mulai bersitegang dengan aparat keamanan. “kami hanya ingin menyampaikan beberapa aspirasi kepada Bapak Wapres dengan cara santun, bila perlu silahkan kawal kami ke lokasi dengan petugas lengkap dengan senjata..asal kami diperbolehkan mendatangangi lokasi konferensi” ujar  Sekretaris Wilayah AMAN NTB  yang didampingi Jasardi Gunawan, Datok Sukanda dan Putrawadi kepada petinggi-petinggi aparat dan beberapa wartawan yang berada di lokasi, namun aparat keamanan tidak bergeming dan tetap mengatakan tidak mengizinkan karena keamanan langsung di dibawah kendali Paspampres.

Suasana semakin tegang ketika warga mulai berteriak dan menaikkan bendera AMAN & Cek Bocek, aparat keamanan mendatangkan 2 truk panser dan 2 peleton Brimob ke lokasi..aksi dorong-dorongan mulai terjadi, masyarakat semakin bersemangat ketika salah satu pengurus PB Mina Setra yang ikut dalam konferensi berhasil menemui komunitas dan ikut dalam aksi dorong-dorongan dengan aparat. Hampir terjadi bentrokan  antara masyarakat adat dan polisi, ketika rombongan Wapres melintas dan polisi dengan paksa merebut bendera –bendera yang di bawa masyarakat, “jangan mengangkat bendera, nanti jadi politis” kata salah seorang polisi, yang kemudian 2 truk panser bergerak menghadang agar aksi tidak terlihat rombongan Wapres yang melintas.

Tepat sekitar pukul 15:30 Wita, masyarakat adat  kemudian membubarkan diri setelah membagi-bagikan tututan tertulis kepada para wartawan yang meliput, didampingi oleh Mina Setra kemudian  Datok Sukanda, R. Agus HD, Putrawadi, Anggo dan Jasardi mencoba memasuki lokasi konferensi untuk menemui Sekjend AMAN, beberapa pengurus PB dan Wartawan Media Nasional.
“sebagai evaluasi dari aksi hari ini, sebaiknya masyarakat adat juga harus dibekali tekhnik  & Strategy Demonstransi, karena kedepan aksi-aksi semacam ini mesti dilakukan terus” ujar R. Agus Hade kepada Abdon Nababan…ya sampai  Masyarakat Adat bisa Mandiri, Berdaulat & Bermartabat. (gushade@AMAN NTB)